http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/RGsdbar.gif?imgmax=800)repeat;
curuk cimahi
Mengunjungi Museum Sonobudoyo adalah salah satu
alternatif bila ingin melihat beragam koleksi keris dari penjuru
nusantara dan benda-benda yang berkaitan dengannya. Museum yang
menyimpan sekitar 1200-an koleksi keris (sebagian besar merupakan
sumbangan Java Institut) ini akan mengobati kekecewaan anda, sebab
Kraton Yogyakarta yang menyimpan keris-keris pusaka hingga kini tak
memperbolehkan pengunjung menikmati koleksinya.
Museum Sonobudoyo dapat dijangkau dengan mudah dari
Kraton Yogyakarta, berada di seberang Alun Alun Utara Yogyakarta. Untuk
memasukinya, anda hanya perlu membayar tiket seharga Rp 3.000,00.
Sementara, untuk melihat beragam koleksi keris, prosedurnya cukup sulit
karena mesti meminta ijin pada pimpinan museum. Hal itu disebabkan
karena banyak koleksi keris masih disimpan di ruang koleksi, belum
ditampilkan untuk umum.
Benda pertama yang akan dijumpai berkaitan dengan keris adalah wesi budha,
merupakan bahan baku pembuatan keris yang digunakan sekitar tahun
700-an Masehi, atau di jaman kejayaan Kerajaan Mataram Hindu. Wesi Budha tersebut bisa dilihat du ruangan tengah yang menyimpan sejumlah koleksi dari kejayaan peradaban Budha di Indonesia. Bersama wesi budha, tersimpan pula beragam peralatan rumah tangga, persenjataan dan kerajinan dari masa yang sama.
Masuk lebih ke dalam, anda bisa melihat beberapa
koleksi keris, meski dalam jumlah yang relatif terbatas. Beberapa keris
yang dipasang merupakan keris lurus, keris luk (secara sederhana
merupakan tonjolan yang ada di sisi kanan dan kiri keris) 7, keris luk
11 dan keris luk 13. Umumnya, keris yang disimpan pada ruangan pameran
yang bisa dilihat umum ini merupakan keris dari Jawa. Bersama koleksi
keris itu, disimpan pula kain batik dengan beragam motif.
Koleksi keris yang lebih lengkap bisa dijumpai di ruang
koleksi, berada di belakang ruang perpustakaan museum. Menurut
penuturan petugas museum pada YogYES, ruang koleksi tersebut menyimpan
beragam keris dari berbagai penjuru nusantara, koleksi aksesoris seperti
pendok dari Yogyakarta dan Solo dan tangkai keris. Koleksi lebih banyak
berasal dari luar Yogyakarta, sebab konon ada larangan untuk mengoleksi
keris Yogyakarta melebihi koleksi Kraton.
Keris-keris Jawa yang disimpan berupa keris luk 7, 11, 13 dan keris lurus dengan pamor yang beranekja ragam, seperti beras wutah
(pamor yang tak disengaja muncul karena penempaan, berupa pusar yang
menyambung), sekar pakis (berbentuk bunga pakis) dan sebagainya.
Keris-keris dari luar Jawa yang disimpan antara lain rencong khas Aceh, mandau dari Kalimantan, keris-keris Madura dan Bali, serta keris dari Sulawesi.
Di ruangan koleksi tersebut, anda juga bisa melihat
beragam tangkai keris tua yang didesain menarik. Terdapat tangkai keris
yang berbentuk kepala manusia, manusia utuh, ular naga, singa dan
sebagainya. Terdapat pula sejumlah pendok yang jumlahnya ratusan,
terbagi dalam dua gaya yaitu Yogyakarta dan Solo. Tak seperti tangkai
keris yang memiliki beragam desain, pendok keris memiliki bentuk yang
relatif seragam.
Jumlah koleksi yang mencapai ribuan tentu akan menebus
sulitnya menjangkau ruangan koleksi ini. Menurut penuturan petugas
museum pada YogYES, seluruh keris yang ada di ruangan koleksi itu akan
dipajang di ruangan pameran yang akan dibuat beberapa waktu ke depan.
Mungkin saja saat berkunjung nanti, anda sudah dapat melihat seluruh
koleksi tanpa ijin.
http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/RGsdbar.gif?imgmax=800)repeat;
curuk cimahi
Mengunjungi Museum Sonobudoyo adalah salah satu
alternatif bila ingin melihat beragam koleksi keris dari penjuru
nusantara dan benda-benda yang berkaitan dengannya. Museum yang
menyimpan sekitar 1200-an koleksi keris (sebagian besar merupakan
sumbangan Java Institut) ini akan mengobati kekecewaan anda, sebab
Kraton Yogyakarta yang menyimpan keris-keris pusaka hingga kini tak
memperbolehkan pengunjung menikmati koleksinya.
Museum Sonobudoyo dapat dijangkau dengan mudah dari
Kraton Yogyakarta, berada di seberang Alun Alun Utara Yogyakarta. Untuk
memasukinya, anda hanya perlu membayar tiket seharga Rp 3.000,00.
Sementara, untuk melihat beragam koleksi keris, prosedurnya cukup sulit
karena mesti meminta ijin pada pimpinan museum. Hal itu disebabkan
karena banyak koleksi keris masih disimpan di ruang koleksi, belum
ditampilkan untuk umum.
Benda pertama yang akan dijumpai berkaitan dengan keris adalah wesi budha,
merupakan bahan baku pembuatan keris yang digunakan sekitar tahun
700-an Masehi, atau di jaman kejayaan Kerajaan Mataram Hindu. Wesi Budha tersebut bisa dilihat du ruangan tengah yang menyimpan sejumlah koleksi dari kejayaan peradaban Budha di Indonesia. Bersama wesi budha, tersimpan pula beragam peralatan rumah tangga, persenjataan dan kerajinan dari masa yang sama.
Masuk lebih ke dalam, anda bisa melihat beberapa
koleksi keris, meski dalam jumlah yang relatif terbatas. Beberapa keris
yang dipasang merupakan keris lurus, keris luk (secara sederhana
merupakan tonjolan yang ada di sisi kanan dan kiri keris) 7, keris luk
11 dan keris luk 13. Umumnya, keris yang disimpan pada ruangan pameran
yang bisa dilihat umum ini merupakan keris dari Jawa. Bersama koleksi
keris itu, disimpan pula kain batik dengan beragam motif.
Koleksi keris yang lebih lengkap bisa dijumpai di ruang
koleksi, berada di belakang ruang perpustakaan museum. Menurut
penuturan petugas museum pada YogYES, ruang koleksi tersebut menyimpan
beragam keris dari berbagai penjuru nusantara, koleksi aksesoris seperti
pendok dari Yogyakarta dan Solo dan tangkai keris. Koleksi lebih banyak
berasal dari luar Yogyakarta, sebab konon ada larangan untuk mengoleksi
keris Yogyakarta melebihi koleksi Kraton.
Keris-keris Jawa yang disimpan berupa keris luk 7, 11, 13 dan keris lurus dengan pamor yang beranekja ragam, seperti beras wutah
(pamor yang tak disengaja muncul karena penempaan, berupa pusar yang
menyambung), sekar pakis (berbentuk bunga pakis) dan sebagainya.
Keris-keris dari luar Jawa yang disimpan antara lain rencong khas Aceh, mandau dari Kalimantan, keris-keris Madura dan Bali, serta keris dari Sulawesi.
Di ruangan koleksi tersebut, anda juga bisa melihat
beragam tangkai keris tua yang didesain menarik. Terdapat tangkai keris
yang berbentuk kepala manusia, manusia utuh, ular naga, singa dan
sebagainya. Terdapat pula sejumlah pendok yang jumlahnya ratusan,
terbagi dalam dua gaya yaitu Yogyakarta dan Solo. Tak seperti tangkai
keris yang memiliki beragam desain, pendok keris memiliki bentuk yang
relatif seragam.
Jumlah koleksi yang mencapai ribuan tentu akan menebus
sulitnya menjangkau ruangan koleksi ini. Menurut penuturan petugas
museum pada YogYES, seluruh keris yang ada di ruangan koleksi itu akan
dipajang di ruangan pameran yang akan dibuat beberapa waktu ke depan.
Mungkin saja saat berkunjung nanti, anda sudah dapat melihat seluruh
koleksi tanpa ijin.